Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia

Binsar and Keisha Manik
Binsar and his daughter Keisha Manik is now free from Multidrug-Resistant Tuberculosis after completing treatment.
Trishanty Rondonuwu, USAID Challenge TB.

TANTANGAN

Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan luar biasa selama satu dekade terakhir, Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu dari empat penyebab teratas kematian di negara ini. Selain dari hasil survei prevalensi baru-baru ini yang menunjukkan prevalensi TB jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya, peningkatan kasus TB kebal obat (MDR-TB - Multi Drug TB Resistant), temuan kasus TB dan MDR-TB di rumah sakit umum dan swasta masih belum memadai, dan rendahnya notifikasi kasus TB di penyedia pelayanan kesehatan sektor swasta yang menjadikannya sebagai salah satu tantangan signifikan bagi program TB nasional.

Oleh karena itu, diperlukan investasi mendalam keterlibatan tenaga kesehatan sektor swasta lebih lanjut dalam menemukan kasus yang tidak dilaporkan dan memperkecil kesenjangan dengan kasus yang terdeteksi. Selain itu, akses terhadap pelayanan berkualitas di daerah perkotaan dan daerah terpencil, terutama untuk kelompok penduduk rentan (misalnya anak-anak, penduduk daerah kumuh, pasien diabetes, dll.) masih terbatas. Tantangan lainnya mencakup pemberian pelayanan kesehatan termasuk kualitas jaringan laboratorium, transportasi spesimen, rendahnya cakupan pelayanan bagi mereka yang terkena TB dan HIV, rendahnya persentase MDR-TB yang terdeteksi, belum selarasnya pencatatan dan pelaporan, kurangnya jaminan pembiayaan bagi pasien yang menjalani pengobatan jangka panjang (terutama untuk MDR-TB), dan rendahnya alokasi dana penanggulangan TB oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

INISIATIF

Melalui program lima tahu Challenge TB project, USAID bekerjasama dengan Program TB National untuk memberikan bantuan teknis, pengambilan keputusan strategis dan memastikan dampak tertinggi dari sumber daya yang ada untuk:

1. Memastikan akses bagi masyarakat dengan cara mengintegrasikan pelayanan TB ke dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan mempromosikan alokasi penanggulangan TB di daerah

2. Meningkatkan deteksi dan notifikasi kasus

3. Memastikan kualitas  perawatan dan pengobatan TB, MDR-TB, dan TB-HIV

4. Memperluas pelayanan diagnostik cepat

5. Memperkuat M&E, surveilans, dan riset operasional.

USAID juga meluncurkan program Community Empowerment of People Against Tuberculosis (CEPAT) untuk membantu Program TB National mencapai tujuan programnya untuk memobilisasi dan memberdayakan masyarakt untuk mengambil aksi dan berkontribusi untuk mengatasi masalah-masalah TB di daerah mereka. CEPAT memberikan hibah kepada LSM lokal yaitu: Lembaga Nahdatul Ulama (LKNU), Jaringan Kesehatan/Kesehatan Masyarakat (JKM), dan Roman Catholic Diocese (RCD). Program ini di implementasikan di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat. Tujuan dari program CEPAT adalah peningkatan kesadaran akan upaya pencegahan dan deteksi dini TB, serta mengagalang dan memfasilitasi komitmen daerah terhadap program TB nasional. 

HASIL

Melalui Challenge TB, USAID berkolaborasi dengan Kementrian Kesehatan dan berhasil membantu pembentukan tujuh rumah sakit rujukan  dan 14 rumah sakit sub rujukan untuk TB Kebal Obat, menjadikan total jumlah rumah sakit rujukan menjadi 35 dan rumah sakit sub rujukan menjadi 23 untuk seluruh Indonesia.  Adanya rumah sakit rujukan dan sub rujukan ini membantu meningkatkan jumlah deteksi kasus TB kebal obat dalam empat tahun terakhir.

Melalui program CEPAT, USAID telah melatih lebih dari 2,900 kader kesehatan di enam provinsi di Indonesia sebagi kader TB untuk mengedukasi masyarakat mengenai kontrol dan pencegahan TB. Sebagai hasilnya jumlah kasus TB yang terdeteksi telah meningkat sebanyak 20% di enam provinsi tersebut.